0

Yuk, Ajak Anak Bermain Sesuai Usianya!

Dikutip dari dari artikel http://www.parenting.co.id, bermain adalah dunia anak. Jadi jangan salahkan atau jangan larang bila aktivitas mereka yang tampak adalah bermain terus-menerus. Sebab, bermain bukan sekadar aktivitas yang menghibur bagi anak-anak, melainkan juga cara mereka untuk belajar banyak hal di dunia ini. Bahkan, saking pentingnya, bermain juga tak luput dari hak anak yang tertera dalam Konvensi Hak Anak PBB yang harus dipenuhi oleh orang tua.
 

Susana Ang, BBA., Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini, dan Praktisi Terapi Bermain, mengatakan, “Main itu kebutuhan mereka. Kalau kita larang anak-anak main, bisa mengganggu kesehatan fisik, emosional, motorik, dan kognitifnya.” Menurut Susan, untuk mengoptimalkan manfaat bermain bagi perkembangan anak secara keseluruhan, maka orang tua perlu memahami permainan apa yang cocok untuk dimainkan sesuai usia.
 
Nah, berikut ini referensi mengajak si kecil bermain sesuai dengan usianya:
 
0-12 Bulan
Kata siapa bayi tidak bisa bermain? Cilukba adalah salah satu permainan yang paling disukai bayi. Di usia ini, orang tua bisa mengajak bayi bermain dengan merangsang inderanya. Misal, dengan memasang gantungan warna-warni yang bisa berbunyi di atas boks bayi. Mainan ini bisa merangsang indera penglihatan serta indera pendengaran bayi.
 
“Kalau sudah bisa duduk, kasih mainan yang bisa dia pencet. Misal komputer-komputeran yan bisa mengeluarkan bunyi berbeda-beda,” saran Susana. Atau Anda juga bisa memberinya soft book atau buku bertekstur yang juga mengeluarkan suara bila disentuh. Ini akan melatih indera peraba, penglihatan serta pendengarannya.
 
1-2 Tahun
Menurut Susana, hingga usia dua tahun, permainan yang sangat baik untuk mengoptimalkan perkembangan anak adalah permainan sensori yang dilengkapi dengan stimulasi untuk motorik halus. Melanjutkan dari usia bayi, di usia ini anak bisa diajak bermain menggenggam berbagai tekstur yang berbeda, seperti pasir, tepung, dan beras. Perlahan, ajarkan mereka untuk mengganti menggenggam dengan mencubit atau menjumput atau menggunakan berbagai media seperti sendok. Anak-anak juga bisa diajak membuat air berwarna-warni.
 
Susana juga mengatakan bahwa ada masa transisi di usia 12-13 bulan di mana anak sudah mulai bisa diajak bermain pretend play seperti mobil-mobilan, masak-masakan, atau dokter-dokteran. Komnbinasikan pretend play dengan permainan yang bisa melatih semua panca inderanya termasuk indera penciuman dengan mengajaknya bermain ‘tukang sayur’ di mana ia bisa mencium aroma berbagai rempah. Atau latih indera perasanya dengan bermain ‘menu rahasia’ di mana Anda menjadi koki yang menutup matanya dan minta ia mencicipi berbagai bahan makanan seperti garam, gula, selai nanas, dan lain sebagainya.
 
2-3 Tahun
Di usia ini, orang tua bisa memfasilitasi permainan yang mengasah motorik kasar atau kemampuan fisik anak-anak, misal melompat atau berlari. “Kasih mainan yang lebih challenging, misal sepeda roda tiga, atau main melempar bola,” ujar Susana.
 
Buat permainan yang seru seperti ‘kebun binatang’ di mana anak bisa memerankan menjadi katak dan mempraktikkan lompat katak atau berperan menjadi flamingo di mana mereka harus mencoba berjalan dengan satu kaki.
 
3-4 Tahun
Di usia ini, rentang perhatian anak-anak sudah meningkat. Mereka sudah bisa bertahan fokus menyelesaikan sesuatu sampai selesai. Beri mereka permainan sejenis puzzle, play dough, atau balok. “Di umur segini, apa yang mereka bangun sudah ada artinya,” ujar Susana.
 
>4 Tahun (Usia TK)
Orang tua bisa mengajak anak bermain board game sederhana seperti ular tangga atau congklak. “Mereka juga sudah mulai permainan kooperatif dengan teman, misal lari-larian atau petak umpet,” ujar Susana lagi. Ini adalah waktu yang tepat untuk mengembangkan kemampuan sosialisasi mereka.
 
Tak Harus Mahal
Menurut Susana, tidak semua mainan anak harus mahal. Bahkan, juga tak harus beli. ”Anak saya main kardus bekas aja happy-nya bukan main,” ceritanya. Memanfaatkan benda-benda yang ada di sekitar kita untuk bermain juga bisa menjadi contoh kreativitas untuk anak.
 
Kotor Lagi, Kotor Lagi
Susana berkata, “Kadang ada Mama-Papa yang nggak mau repot, nggak mau kotor. Padahal ada masa anak perlu main messy play yang benar-benar ngeberantakin, misal cat air dicoret ke mana-mana atau glitter dituangin dan nggak ada tujuannya.” Manfaatkan momen ini untuk mengajarkan mereka disiplin, juga membereskan semua mainan setelah selesai digunakan.
 
15 Menit Sehari
Permainan semenarik apa pun atau semahal apa pun akan kurang bila orang tua tidak terlibat. Oleh karenanya, Susana menyarankan agar orang tua punya special time untuk menemani anak bermain. “Nggak perlu lama, komitmen 15 menit sehari, deh, di jam yang sama setiap hari,” sarannya. “Tapi, itu benar-benar jadi waktu buat anak. Gadget taruh dulu. Bermain bersama anak bisa menumbuhkan kedekatan,” tutupnya.
 
Jadi, sudah kepikiran mau main apa dengan si kecil?

Advertisement
0

Ketika Kita Tidak Berdaya Menolong/Mengabulkan Permintaan Anak

Hi parents, pernah kan kita mengalami saat kita bingung menghadapi anak yang lagi ngambek/sedih karena keinginannya tidak tercapai atau saat kita sebagai ortu tidak bisa menyediakan apa yang dia mau/butuhkan?

Saya mau share tips parenting yang saya sudah praktekkan dan luar biasa hasilnya; saya kasih nama trik ini: “I wish” trick

Trik ini mengajak anak berfantasi saat dalam kondisi frustasi sehingga anak menjadi lebih terhibur dan melupakan kesedihannya. Intinya give the child his wish in fantasy instead of explanation or logic.

Contoh kasus yang saya pernah dengar adalah:

Anak ingin sarapan sereal coklat, ternyata yang tersedia hanya sereal madu. Nah kalau anak kecil kan ga mau ngerti, kadang-kadang jadi nangis-nangis minta yang coklat, nah kita bisa bilang: “I know how you love chocolate cereal. I wish I have a magic warn that can turn this cereal into 1000 bowls of chocolate ones.” Anak bisa tersenyum lagi dengan membayangkannya. Dilebai-lebaiin biar anak berfantasi dan melupakan kesedihannya. Biasanya itu berhasil.

Inilah pengalaman saya dengan anak saya yang terkecil yang saat itu berumur 7 tahun. Waktu dia sedih banget mohon-mohon mau pelihara kelinci tapi kita ga bisa kasih karena kokonya alergi bulu. Jadi saya terapin deh: “I know how you feel. I like rabbits too. They are so cute. I wish we can have a rabbit pet so you can play with it every day. What will you do if the rabbit is hungry? What will you do if the rabbit licks you?” bla..bla..bla.. . Akhirnya dia bisa ketawa-ketawa membayangkan kalau dijilat kelinci geli dan sebagainya, ga sedih lagi.

BERHASIL!!!!

Ini pengalaman lain lagi…. Malam sebelum tidur saya mendapat line chat dari anak pertama saya yang berumur 15 tahun dan sedang merantau sekolah di Singapore. Saya kehabisan akal mau menghibur dia yang sedang kesal dengan 2 teman sekamarnya yang berasal dari negeri lain. (FYI, total satu kamar itu 4 orang). Dia mengeluhkan bahwa mereka egois, ga toleransi, dsb. Saya ga bisa menolong dia gimana-gimana tapi untung saya ingat trik “I wish” ini.

Pembicaraan kami melalui Line Chat kira-kira spt ini:

Saya       : Emang susah juga sih ngadapin orang-orang susah toleransi. Biarin aja mereka kayak gitu, tapi kamu jangan seperti mereka ya.

Anak      : Bikin kesel tapiiiii

Saya       : Tarik nafas panjang coba kalau lagi kesel banget.

Anak      : 😡 😡

Saya       : Nanti kalau keselnya udah redaan, coba berdoa untuk mereka, belajar melepaskan pengampunan. Rugi deh pokoknya kalau kita masukin dalam hati.

Anak      : Abis gimana?

Saya       : Emang kadang orang-orang disekitar kita bisa ngeselin kita. Susah sih memang, cuman sabar ya cie.

Anak      : 😡 😡

Saya       : I wish I can sulap them into flower hahaha

Anak      : Hahaha…ga pa pa lah…lihat aja nanti gimana… udah malam…nite mami.

Saya       : Tadinya mami mau bilang mau sulap into mice, tapi nanti kamar kamu jadi ada micenya nanti,  terus nanti kamu kegelian lagi hahaha lompat-lompat di bed.

Anak      : Hahaha….rabbits aja or dogs or cats ….. so I will have pets 😀 😀

Saya       : Hahaha rabbits  lucu sih tapi kata dede “it poops all the time and everywhere”

Anak      : Hahaha… I love you…nite mami

Saya       : I love you…nite…

BERHASIL!!!! Emoticonnya yang awal pembicaraan 😡 😡 😡   berubah jadi  😀 😀 😀

Silakan dipraktekkan Parents! Happy Parenting!

0

Anak sulit makan??

Banyak sekali orang tua yang mengeluhkan anaknya sulit makan, alias picky eater.  Saya juga termaksud salah satunya dan ingin berbagi tentang My picky eater story.

Sewaktu kecil saya termasuk salah satu anak yang sangat memilih makanan saya. Saya hanya makan nasi dengan kuah tanpa isinya, dan kalaupun saya mau sayur hijau, itu hanya bayam karena saya pikir bayam bisa membuat saya kuat seperti Popeye. Makan telorpun harus dengan cara didadar, yang mana putih dan kuningnya sudah tercampur rata. Saya tidak mau dan tidak berani mencoba makanan baru. Wah… saya benar-benar tidak bisa membayangkan betapa repotnya mama saya mengurus makanan saya dari kecil hingga SMA.

Sekarang saya  pemakan hampir segalanya, kecuali jeroan dan hati. Apa yang menyebabkan perubahan drastis ini dan sejak kapan saya mulai berubah? Apa yang memicu saya mau berubah?

Pernah saya berpikir seandainya mama saya dulu lebih tegas dan tidak menuruti kemauan saya, apakah saya tidak akan menjadi picky eater seperti itu? Saya pernah menanyakan hal ini kepada mama, dan mama saya  menjawab:  “Apakah kamu pikir kalau mama paksa kamu memakan ini dan itu, kamu akan mau makan? Kenapa tiba-tiba kamu menanyakan hal itu sekarang? Apakah kamu menyesal  tidak memakan makanan yang enak-enak sejak kecil?.Mama saya juga menambahkan :   “Eh… tapi walaupun kamu picky eater begitu dulunya, kamu tetap sehat dan pintar banget kan, ga kekurangan gizinya kan, ga jadi bodoh kan?”

Jawaban mama membuat saya berpikir bahwa benar sekali pendekatan ‘power struggle’ tidak akan pernah berhasil. Mungkin seketika bisa kelihatan berhasil karena anak berasa dibawah tekanan atau ancaman, tapi tidak untuk jangka panjang karena bukan dari kesadaran anak untuk berubah.

Apa sih penyebab beberapa anak menjadi picky eater? Banyak orang tua sudah berusaha memperkenalkan berbagai jenis rasa dan tekstur makanan kepada bayinya sejak usia 6 bulan, namun tetap saja ketika si anak sudah memilih makanan apa yang dia mau masukkan ke dalam mulutnya, dia menjadi begitu pemilih. Apa yang sebenarnya sedang terjadi?

Saya baru  berubah perlahan menjadi pemakan segala di masa saya sudah keluar dari rumah , tinggal di kos-an ketika kuliah jauh dari rumah. Saat itu saya mulai bisa mendapatkan ‘sense of control‘ atas diri sendiri yang selama di rumah tidak terpenuhi, sehingga tanpa sadar perilaku picky eater saya berkurang sedikit demi sedikit. Saya mulai berani mencoba berbagai variasi makanan “baru” yang sebelumnya tidak pernah mau saya sentuh.

Setiap anak perlu merasakan memiliki ‘sense of control’ untuk pertumbuhan yang sehat. Namun, apa yang terjadi di luar dirinya, tidak dapat dia kontrol. Salah satunya yang dia dapat kontrol adalah tubuhnya. Apa yang masuk ke tubuhnya bisa dia kontrol. Anak yang picky eater sebenarnya sedang menunjukkan reaksi alamiah dari kebutuhan dasar dirinya untuk memiliki ‘sense of control’.  Terkadang tanpa disadari, orang tua terlalu memaksakan pemikiran dan kemauannya untuk si anak, karena orang tua dalam pengertiannya sendiri, berusaha memberikan yang terbaik buat anak. Orang tua baru biasanya masih sangat idealis dalam membesarkan anaknya, dan itulah mengapa kasus picky eater lebih banyak ditemui terjadi pada anak pertama. Dalam banyak kasus peaky eater yang parah dan berkepanjangan, sang anak biasanya memang tipe anak yang ‘strong will’ alias berkemauan keras.

Anak yang merasa kurang mendapatkan ‘Sense of control’ di rumah, biasanya akan melakukan protes dengan menunjukkan perilaku yang dianggap bermasalah bagi orang tua atau gurunya. Salah satunya adalah menjadi picky eater.  Pada dasarnya semua perilaku anak yang dianggap bermasalah, seperti gampang trantrum, suka mem-bully,  menarik diri dari pergaulan, mengunci mulut rapat-rapat di tempat-tempat tertentu (selective mute) adalah mekanisme perlawanan dari anak untuk mendapatkan ‘sense of control’ nya kembali.

Bagaimana orang tua dapat memenuhi kebutuhan anak untuk memiliki ‘sense of control’? Kuncinya ada di kata ‘respect’. Orang tua Asia biasanya hanya mengharapkan ‘respect’ dari satu pihak yaitu dari anak ke orang tua, sehingga mereka merasa tidak perlu menghargai kehendak anak. Semua anak sangat memerlukan rasa dihargai/ dihormati, dengan memberikan mereka kebebasan untuk menentukan. Orang tua dapat memberikan beberapa pilihan kepada anak, sambil menjelaskan konsekuensi atas setiap pilihannya. Jangan berusaha mengarahkan pilihan kepada anak, biarkan anak memilih untuk mendapatkan ‘sense of control’ demi pertumbuhan yang sehat. Adakah orang tua yang suka melihat anaknya sangat penurut sehingga ketika dewasa bertumbuh menjadi tipe pengikut alias follower alias yes-man, yang tidak bisa memutuskan untuk diri sendiri , yang tidak bisa menyampaikan pendapatnya sendiri?

Freedom is not free. Freedom comes with consequences.  Memberikan kebebasan kepada anak, bukan berarti membiarkan mereka bebas dan tumbuh liar. Sebagai orang tua kita perlu menghargai apapun pilihan anak setelah kita menjelaskan konsekuensinya. Lalu, bagaimana kalau anak memilih yang jelas-jelas pilihan yang kita pikir kurang bijaksana? Saat seperti itu, selama pilihannya tidak membahayakan nyawanya, kita bisa mendampingi anak melalui semua konsekuensi dari pilihannya.

Biasanya yang sering kita dengar ketika anak memilih pilihan yang tidak sesuai dengan harapan kita adalah: “ Tuh kan mama bilang juga apa? Ga mau dengerin mama sih.” Kalimat seperti itu tidak akan membuat anak menjadi sadar dan belajar dari kesalahannya, karena yang terjadi dalam dirinya ketika mendengar kalimat itu adalah dipermalukan (shame). Dalam kondisi  seperti itu, akal sehat mereka tidak akan bisa bekerja, apapun yang  dinasihati orang tuanya akan masuk kuping kanan keluar kuping kiri.

Ketika anak harus menjalani konsekuensi dari pilihannya yang kurang tepat, anak biasanya akan merasa bersalah, sedih, kecewa, ataupun malu. Kita bisa menunjukkan empati kepada anak dengan tidak menyalahkannya dan menunjukkan sikap yang mendukung anak apapun yang dia rasakan saat itu. Dengan ‘gentle tone, gentle touch, and gentle look’ kata-kata kita dapat diterjemahkan anak bahwa kita benar-benar tidak sedang menghakimi dia tapi berada di pihak dia, mendukung dia menjalani konsekuensi tidak mengenakkan dari pilihan yang salah. Dengan demikian, anak akan belajar bahwa “it’s ok to make mistake.” dan akan menerima konsekuensi dari pilihan dia dengan penuh tanggung jawab. Di masa depannya dia akan menjadi anak yang tidak takut salah, berani membuat keputusan, tidak menjadi anak yang ‘play safe’ dan ‘yes-man’. Bukankah itu salah satu kualitas unggul ketika mereka bertumbuh dewasa yang bapak/ibu inginkan bagi mereka? Happy Parenting.

Moms yang memiliki anak dengan beberapa masalah emosional, picky eater, less-confidence, ketakutan, dan lain-lain bisa berkonsultasi dengan menghubungi kami di

Whatsapp :  0851-0083-8522 (Susana/ Certified Therapeutic Play Practitioner)

Email : Ang.susana@gmail.com

or click here untuk informasi lebih lanjut.

0

Apakah Anak anda suka melamun atau Day Dreaming?

Tahukah Anda bahwa bila anak suka melamun atau day dreaming, itu adalah tanda-tanda bahwa dia sulit berkonsentrasi?

Anak yang sulit berkonsentrasi tidak akan maksimal menyerap pelajaran yang diberikan di sekolah. Akibatnya, prestasi di sekolahnya juga cenderung tidak memuaskan. Banyak orang tua mengantisipasi hal tersebut dengan mengikutsertakan anak dalam bimbel atau meminta anak untuk mengulang pelajaran di sekolah setiap hari.

Hal tersebut mungkin menjadi solusi sesaat, akan tetapi tidak menyelesaikan akar permasalahannya. Yang penting untuk diperbaiki adalah skill/kemampuan berkonsentrasi anak. Dengan pelatihan konsentrasi yang tepat, anak akan mendapatkan kemampuan belajar yang akan berguna seumur hidupnya (skill for a life time). Dengan demikian, orang tua juga tidak perlu lagi mengeluarkan biaya lebih untuk bimbel dan anak tidak perlu mengurangi waktu bermainnya dengan mengulang pelajaran setiap hari di rumah.

Di Indonesia, saat ini telah tersedia pusat pelatihan konsentrasi yang menerapkan teknologi dari NASA Amerika yang dikhususkan untuk keperluan edukasi. Pelatihan yang memiliki teknologi ini sudah dapat diikuti oleh anak usia 4 tahun hingga dewasa, dan berlokasi di FOCUS-Brain Training yang berada di daerah Puri Indah, Jakarta Barat. Untuk informasi lebih lanjut dan free trial, Bapak/Ibu bisa langsung menghubungi nomor telepon: 021.5835.2467.

Adapun pelatihan konsentrasi ini dilakukan dengan cara yang menyenangkan melalui permainan edukasi yang menggunakan software Play Attention diseimbangkan dengan Brain Gym untuk menyelaraskan bagian otak kanan dan otak kiri, dan sambil mendengarkan musik klasik dengan gelombang khusus (Brain Booster) untuk memaksimalkan konsentrasi anak.

Berikut ini kami bagikan berbagai testimoni dari orang tua yang sudah merasakan perubahan positif pada anak mereka setelah mengikuti pelatihan di FOCUS-Brain Training ini.

Keara Testimony for Brain Focus

“I was so happy to see such a dramatic change in such a short period of time.” 

My 10 year old daughter, Keara, started the training three months ago. She has had a lot of challenges with attention, focus, memory, comprehension and communication since she was very young.

When Keara first started the brain training, she was frustrated, fidgeted a lot, and complained that the games were too long.

I am so thankful that I persevered because Keara has made huge progress since she started three months ago. I have noticed a big difference in how Keara focuses on her homework, and in what she is able to remember and understand. I have no doubt that a big part of her improvement is from what she has learned from the Play Attention software.

For anyone who has a child with ADHD, I would highly recommend the training.

~ Carol, proud mother of Keara
Ramya Testimony for Brain FocusRamya goes from teacher complaints to teacher praise

Ramya was having trouble with finishing her homework  assignments on time. Even once she finished them after a long time, there would be several mistakes and incomplete problems.

Eventually I found out about Play Attention a program designed to help kids with focusing, distraction, attention and listening. A few months after beginning her program with Play Attention, to my surprise I began receiving calls from her teacher that Ramya was doing great.

I was lucky to find Play Attention Brain training program and its variety of games that help kids to get focused, stay focused and ignore distractions.

Anuradha, Mother of Ramya

Cameron Testimony for Brain Focus“Play Attention made it possible for me to focus, do my work, my homework and that is excellent.” By Cameron, age 12

Before Play Attention training I would stare in space and think of nothing. I have the power to think of nothing. I would only get one Montessori math work done in two hours and thirty minutes in class. I was not aware when I lost focus until my teacher would call my name to bring me back. I couldn’t believe my teacher when she said that it was time for lunch. I thought only 10 minutes had passed, not 3 hours; most kids can do all 6 assignments in that same time.

Sometimes I wanted to stop staring and do my work,but I couldn’t control my focus. Sometimes I would lose my focus up to 40 to 60 minutes. I got so worried when I found out that so much time had passed, I thought something was horribly wrong with my teacher, myself and other students. My Mom got really, really worried because homework took all evening. She had to constantly help me with my homework.

My Mom took me to a doctor that studied people to see what would help me function better. He told us to look for brain training. With Play Attention brain training, I took control of my brain and discovered a new power, and that is to wipe all my stress away and focus.

In the beginning it was very difficult. I got mentally tired very quickly. Now I don’t get as tired, it’s easier, and I am doing work that is more complicated like this story. My homework now takes one to two hours. And I do it on my own! My Mom just looks it over at the end or when I get stuck. Just once in a while at the most. My Mom is a teacher and she can do her work while I am doing mine.

My teacher is happy about my progress and so am I, because I can do as much as the other kids most days. If you think this is a make believe story then you are wrong. This is a true story. The Play Attention brain training made it possible for me to focus, do my work, my homework and that is excellent.

Note from mom:

— Hello, my name is Mary.  This is my son Cameron’s story. Amazingly he wrote it himself. Something he would not have been able to do before Play Attention brain training. His coaches are Robert and Jacci. Thanks to them and play attention, my life and that of my son’s have been changed forever.

1

5 Permainan Indoor Bagi Anak/Balita Anda Tanpa TV atau iPad

Inilah tips yang ingin saya bagikan bagi para orang tua muda, untuk membuat sibuk anak balita anda di rumah dengan permainan yang sehat dan kreatif, dapat dilakukan dan dimainkan di rumah tanpa TV atau iPAD. Selain lebih seru untuk dilakukan bersama dengan anak-anak di rumah, permainan ini bisa mengurangi ketergantungan anak-anak terhadap benda elektronik dan lebih mendekatkan ikatan emosial anak dengan orangtuanya. Yuk simak 5 permainan indoor (dalam ruangan) sehat bagi anak balita anda di rumah:

  1. Play House/ Permainan Rumah-rumahan

Kegiatan bermain ini cukup dilakukan di tempat tidur dengan menggunakan guling dan bantal sebagai pembatas area dan pintu masuk. Biarkan si kecil memilih mainan yang dia ingin bawa ke dalam rumah-rumahannya, kemudian mulailah bermain peran (pretend play) bersama anak.

 

  1. Hide & Seek / Petak Umpet

Mainan tradisional ini masih sangat digemari anak-anak. Sebelum bermain, pastikan kepada anak tempat-tempat yang mereka tidak boleh pakai untuk bersembunyi, terutama tempat tertutup yang bisa mengakibatkan anak kekurangan oksigen, atau terkunci dari dalam. Anak dan Anda dapat bergantian menjadi yang jaga dan yang ngumpet. Yang jaga dapat menghitung sampai 10 untuk memberikan kesempatan yang lain untuk ngumpet.

375x321_article_hide_and_seek

  1. Marcopolo

Dalam permainan ini 1 orang yang jaga ditutup matanya dan berkata “Marco”, dan 1 orang yang main tanpa penutup mata harus membalas dengan berkata “’polo” setiap kali mendengar kata “Marco”. Yang jaga harus mencari yang main dengan mengandalkan pendengarannya. Pastikan aturan main yang jelas, bahwa yang berkata “polo” tidak boleh berpindah-pindah posisi. Lakukan permainan ini secara bergantian dengan si kecil.

Marco Polo game

  1. Mini Bowling

Pin bowling dapat dibeli di toko mainan anak atau dapat juga dibuat sendiri dengan menggunakan botol aqua bekas. Supaya bola tidak menyasar ke kanan dan ke kiri terlalu jauh dan membuat frustasi anak, kita dapat membuat semacam bendungan di kiri kanan jalur dengan menggunakan kotak susu bekas yang disusun memanjang.

c3299846016956620ed2f8c0480143c9

  1. Gymastik sederhana

Anak balita gemar menggunakan seluruh tubuhnya untuk beraktivitas. Membiarkan anak berloncat-loncatan di tempat tidur juga dapat menjadi kesenangan yang luar biasa bagi anak. Pastikan keamanan anak sebelum melakukan kegiatan ini. Bermain jungkat jungkit (see-saw) dengan anak dengan posisi duduk berhadap-hadapan di tempat tidur, dan kaki ditelentangkan dengan kaki anak di bagian bawah kaki Ibu/Bapak, dan saling memegang tangan masing-masing, dan saling bergantian tarik menarik seperti see saw/jungkat jungkit.

Jumping on the bed - gomerblogdotcom

Selamat mencoba dan dapatkan waktu yang berkualitas dengan anak Anda. Ingat…keceriaan mereka tidak akan pernah kembali lagi seiring bertambah dewasa usianya.

0

Bagaimana Mengatasi Anak Cemburu dengan Kakak atau Adiknya?

Bagaimana mengatasi anak cemburu dengan kakak atau adiknya?

you speak my love languange

Saya ingin membagikan pengalaman pribadi saya dalam membesarkan 3 anak yang berjarak usia 4 tahun. Berkat anugrah Tuhan, kehamilan saya berjalan sesuai dengan rencana saya, yang berniat memberi jarak yang cukup jauh antara kehamilan anak pertama dan anak kedua, demikian pula dengan yang ketiga, dengan pertimbangan supaya si anak merasa puas mendapat semua perhatian hanya kepada dia dalam 4 tahun pertama usianya dan supaya dia cukup siap menghadapi kehadiran si adik yang membuat dia harus puas berbagi perhatian orang tuanya.

Ternyata dengan antisipasi yang saya lakukan sekalipun, kadang kala ada saja rasa cemburu yang timbul dalam diri anak-anak saya terhadap satu sama lain. Suatu hari saya dikejutkan oleh si bungsu yang bertanya kepada saya, “Do you love me, mommy?” dengan mata berkaca-kaca, persis setelah dia melihat saya memuji dan mencium kakaknya yang mendapat prestasi baik di sekolah. Padahal setiap hari, saya paling sering memeluk, mengendong, mencium, dan berguling-gulingan dengan dia (karena sibungsu masih berusia 4 tahun dan masih suka diperlakukan seperti itu)

Kejadian tersebut sangat mengangetkan saya, karena selama ini saya mengira bahwa hanya si sulung dan si tengah yang merasa cemburu dengan si bungsu, yang biasanya berhubungan dengan beberapa pengecualian yang saya buat untuk dia mengingat usianya yang masih kecil, dibanding kedua kakaknya. Kakak-kakaknya sering cemburu melihat adiknya boleh bermain lebih banyak, tidak perlu belajar buat test ataupun PR, dan beberapa perlakuan khusus lainnya sesuai usianya yang masih balita, terutama ketika mereka harus mengalah kepada si bungsu dalam hal berebut mainan atau channel TV.

Saya berharap dapat membagikan kasih saya kepada anak-anak sedemikian rupa, sehingga masing-masing anak dapat merasakan bahwa dirinyalah yang paling disayang. Berikut ini ada beberapa tips yang saya sendiri telah dan sedang saya praktekkan (semoga dapat membantu para orang tua dalam mengatasi kecemburuan antar anak):

  1. Pada saat mempersiapkan kehamilan dan selama proses kehamilan:
  • libatkan sang kakak, ajak dia berdoa bersama untuk adik dalam kandungan, dan untuk berbicara kepada adik melalui perut ibu yang membesar
  • beri pujian apabila dia menunjukkan kepeduliannya, bahwa dia adalah kakak yang baik dan adiknya akan sangat beruntung mempunyai kakak yang seperti dia.
  • beritahu berkali-kali dalam berbagai kesempatan mengenai beberapa perubahan yang akan terjadi seiring dengan membesarnya kandungan dan menghadapi kehadiran si adik. Misalnya: Mama mungkin ga bisa gendong kamu sering-sering lagi, karena akan berat sekali, apabila harus menggendong dede sekaligus, tapi kamu tetap bisa peluk mama kalau mau dekat-dekat mama.
  1. Setelah kelahiran:
  • Jangan pernah membandingkan 1 anak dengan yang lain, apalagi di depan si anak. Setiap anak (sekalipun kembar) adalah individu punya keunikan masing-masing dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
  • Jangan memuji hanya salah satu anak di depan kerabat. Apabila ada kerabat yang memuji hanya 1 anak di depan anak lain, maka segera berbisik dan berikan pujian kepada anak yang lain. Misalnya dengan berbisik sambil memeluk si anak: “Mama bangga padamu karena kamu selalu membantu mama. Hanya tante ini ga tau.”
  • Cari tahu apa bahasa kasih masing-masing anak. Berikan waktu dan tenaga untuk memenuhi sebanyak dan sesering mungkin, sehingga masing-masing anak merasakan dia sangat disayang oleh orang tuanya.
  • Dr. Gary Chapman dalam bukunya The Five Love Languages: How to express Heartfelt Commitment to Your Mate, memaparkan 5 bahasa kasih yang perlu orang ketahui jika ingin hubungannya dengan pasangan atau dengan anak-anak menjadi langgeng:
  1. Kata-kata pendukung
  2. Saat-saat berkesan
  3. Hadiah-hadiah
  4. Pelayanan
  5. Sentuhan fisik

 

0

Pelajaran Berharga di Balik Mengantri

Seorang guru di Australia pernah berkata: “Kami tidak terlalu khawatir jika anak-anak sekolah dasar kami tidak pandai Matematika. Kami jauh lebih khawatir jika mereka tidak pandai mengantri”

Sewaktu ditanya mengapa dan kok bisa begitu? Karena yang terjadi di negara kita justru sebaliknya, inilah jawabannya:

“Pertama, karena kita hanya perlu melatih anak selama 3 bulan secara intensif untuk bisa Matematika, sementara kita perlu melatih anak hingga 12 tahun atau lebih untuk bisa mengantri dan selalu ingat pelajaran berharga di balik proses mengantri.

Kedua, karena tidak semua anak kelak akan berprofesi menggunakan ilmu matematika kecuali TAMBAH, KALI, KURANG dan BAGI. Sebagian mereka akan menjadi penari, atlet olimpiade, penyanyi, musisi, pelukis, dsb. Biasanya hanya sebagian kecil saja dari murid-murid dalam satu kelas yang kelak akan memilih profesi di bidang yang berhubungan dengan Matematika. Sementara SEMUA MURID DALAM SATU KELAS ini pasti akan membutuhkan Etika Moral dan Pelajaran Berharga dari mengantri di sepanjang hidup mereka kelak.”

Memang ada pelajaran berharga apa di balik MENGANTRI?

“Oh iya banyak sekali pelajaran berharganya:

Anak belajar manajemen waktu jika ingin mengantri paling depan, datang lebih awal dan persiapan lebih awal.

Anak belajar bersabar menunggu gilirannya tiba terutama jika ia di antrian paling belakang.

Anak belajar menghormati hak orang lain, yang datang lebih awal dapat giliran lebih awal dan tidak saling serobot merasa diri sendiri penting.

Anak belajar kreatif untuk memikirkan kegiatan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi kebosanan saat mengantri (di Jepang biasanya orang akan membaca buku saat mengantri)

Anak bisa belajar bersosialisasi menyapa dan mengobrol dengan orang lain di antrian.

Anak belajar tabah dan sabar menjalani proses dalam mencapai tujuannya.

Anak belajar hukum sebab akibat, bahwa jika datang terlambat harus menerima konsekuensinya di antrian belakang.

Anak belajar disiplin, teratur, dan kerapihan.

Anak belajar memiliki RASA MALU, jika ia menyerobot antrian dan hak orang lain.

Anak belajar bekerjasama dengan orang-orang yang ada didekatnya jika sementara mengantri ia harus keluar antrian sebentar untuk ke kamar kecil.

Anak belajar jujur pada diri sendiri dan pada orang lain.

…dan mungkin masih banyak lagi pelajaran berharga lainnya, silahkan Anda temukan sendiri sisanya.”

Saya sempat tertegun mendengarkan butir-butir  penjelasannya. Dan baru saja menyadari hal ini saat suatu ketika mengajak anak kami berkunjung ke tempat bermain anak Kidzania di Jakarta.

Apa yang dipertontonkan para orang tua pada anaknya, dalam mengantri menunggu giliran sungguh memprihatinkan.

Ada orang tua yang memaksa anaknya untuk “menyusup” ke antrian depan dan mengambil hak orang lain yang lebih dulu mengantri dengan rapi, dan berkata “Sudah cuek aja, pura-pura ga tau aja!”

Ada orang tua yang memarahi anaknya dan berkata “Dasar penakut”, karena anaknya tidak mau dipaksa menyerobot antrian.

Ada orang tua yang menggunakan taktik dan sejuta alasan agar anaknya diperbolehkan masuk antrian depan, karena alasan masih kecil capek ngantri, rumahnya jauh harus segera pulang, dsb. Dan menggunakan taktik yang sama di lokasi antrian permainan yang berbeda.

Ada orang tua yang malah marah-marah ketika anaknya ditegur orang karena menyerobot antrian, dan malah menyalahkan orang yang menegur tersebut.

Masih banyak kasus lainnya yang mungkin Anda pernah alami juga?

Seperti apa kelak anak-anak yang suka menyerobot antrian sejak kecil ini jika mereka kelak jadi pemimpin di negeri ini?

Mengantri adalah pelajaran sederhana yang banyak sekali mengandung pelajaran hidup bagi anak. Mari contohkan kebiasaan mengantri yang baik kepada generasi muda kita dan ajarkan mereka sehingga menjadi kebiasaan setiap anak Indonesia, demi masa depan yang lebih baik.

0

Hal-hal Yang Harus Diucapkan Kepada Anak-anak Kita

Ada banyak hal yang tidak seharusnya kita katakan kepada anak-anak kita, dan ada banyak juga hal-hal yang harus kita ucapkan berulang-ulang kepada mereka. Kebanyakan dari perkataan itu bisa diaplikasikan berapapun usia anak-anak kita. Entah mereka berusia 2 tahun atau 50 tahun, kita bisa dan harus tetap mengatakannya kepada mereka. Walaupun begitu ada juga kata-kata yang hanya bisa diucapkan secara khusus di usia tertentu, misalnya di atas 2 tahun, atau juga mungkin tidak bisa kita ucapkan jika kita adalah orang tua tunggal.

Berikut ini adalah hal-hal yang harus diucapkan kepada anak-anak kita:
Saat anak melakukan kesalahan:
 Saya mencintaimu, tapi saya akan tetap menghukummu.
 Tidak peduli apapun yang kamu perbuat, kamu akan tetap menjadi anak saya.
 Ya, saya memaafkanmu, kamu memang salah tapi kamu tetap sangat istimewa buat saya.
 Khususnya untuk anak laki-laki : Jangan pernah memperlakukan ibumu tanpa rasa hormat.
 Tidak ada satu hal pun yang akan membuat kamu kehilangan kasih saya.
 Tidak apa-apa jika kamu melakukan kesalahan. Saya juga melakukan kesalahan.
 Kamu tidak akan bisa melakukan suatu hal yang sangat buruk yang membuat Tuhan mengabaikan dirimu.

Saat kita melakukan kesalahan:
 Maukah kamu memaafkan saya? Saya salah.
 Ayah dan Ibumu tidaklah sempurna, tapi kami mengasihimu tanpa syarat.
 Bisakah kita bicara?

Saat anak memerlukan perhatian/ pengakuan kita:
 Ya, saya akan hentikan apa yang saya kerjakan sekarang untuk bermain bersama kamu.
 Tidak, saya tidak terlalu sibuk.
 Kamu yang gambar? Wow, luar biasa!
 Saya bangga sekali padamu.
 Kamu punya begitu banyak talenta. Bisakah saya menolongmu untuk menggunakan talenta itu?
 Ya, saya akan menolongmu.
 Kamu sangat berharga buat saya.

Saat anak memerlukan penghiburan/penguatan atau kapan saja:
 Saya mencintaimu dan akan selalu mencintaimu.
 Kamu aman bersama saya.
 Tidak ada masalah yang terlalu besar yang tidak bisa kamu bicarakan dengan saya.
 Tidak masalah jika kamu memang harus marah.
 Tidak peduli dimanapun kamu berada atau apapun juga yang kamu lakukan, jika ada suatu masalah, telpon saya. Saya akan segera datang menghampirimu.
 Khususnya untuk anak perempuan : Kamu lebih berharga daripada permata.
 Khususnya untuk anak perempuan: Kamu adalah putriku, dan akan selalu begitu.
 Khususnya untuk anak perempuan : Kamu cantik. Jangan biarkan seorangpun mengatakan kepadamu kalau kamu tidak cantik.
 Khususnya untuk anak laki-laki : Tidak apa-apa jika kamu memang harus menangis.

Saat anak mempertanyakan kebijaksaan orang tua:
 Ayahmu adalah pemimpin dalam keluarga ini, ikutilah kata ayah apabila ayah mengatakan “tidak”, walaupun ibu mengatakan “ya”. Ibu juga harus tunduk kepada ayah.
 Saya tidak peduli jika temanmu melakukan itu. Saya orang tuamu, bukan orang tua mereka.
 Saya selalu mau yang terbaik untukmu.

Nasihat yang akan membawanya kepada kehidupan:
 Hormatilah Tuhan dalam segala tingkah lakumu
 Belajarlah untuk taat kepada orang tua sebagai wakil Tuhan.
 Khususnya untuk anak laki-laki : Berjuang untuk dirimu sendiri.
 Khususnya untuk anak laki-laki : Bertarunglah untuk hal-hal yang bernilai kekekalan.
 Khususnya untuk anak laki-laki : Berjuanglah untuk mereka yang tidak bisa membela diri mereka sendiri.
 Kasihilah mereka yang tidak dikasihi orang lain.
 Kasihilah orang lain lebih daripada kau mengasihi dirimu sendiri.
 Kasihi dan hargai mereka yang tidak mengasihi atau menghargai dirimu.
 Layani orang lain seakan-akan hidupmu tergantung dari hal itu.
 Belajarlah untuk menghargai otoritas di atasmu. Hidupmu akan jauh lebih mudah jika kamu melakukannya.
 Jadilah teman yang baik. Pasti kamu akan disukai orang.

Ajakan yang mengakrabkan:
 Ayo pergi ke gereja.
 Ayo kita berdoa.
 Mari kita jalan-jalan.
 Mari berkencan! (ayah kepada anak perempuan, ibu kepada anak laki-laki)

Referensi: TIOC-The Next Level

6

Tips Mendidik Anak Menjadi Anak Yang Berani

Dengan pemahaman yang sangat terbatas, si kecil sangat membutuhkan rasa aman terhadap sekelilingnya. Anak yang terbiasa ditakut-takuti parents atau orang di sekelilingnya, akan tumbuh menjadi anak yang penakut. Berikut ini adalah tips untuk mendidik anak menjadi anak yang berani:

IMG_0571

Tanamkan konsep yang benar

Si kecil perlu ditanamkan berulang kali bahwa ada Tuhan yang selalu melindungi mereka, karena mereka disayang Tuhan. Ajaklah si kecil untuk berdoa dan meminta perlindungan Tuhan setiap hari. Dengan demikian, si kecil akan merasa aman dalam perlindungan Tuhan, dan tumbuh dengan sikap yang positif.

Parents tidak perlu memperkenalkan kepada si kecil kosakata hantu, pocong, dkk. Ketidak-tahuan anak mengenai hal tersebut membuatnya tidak perlu merasa takut. Tak kenal maka tak takut. Parents perlu mensensor film apa yang boleh dilihat anak, termasuk film apa yang pantas parents tonton apabila ada si kecil. Lindungi anak dari melihat poster-poster film yang menyeramkan, bahkan iklan TV yang terkadang menyelipkan unsur horor.

Si kecil tidak akan takut menghadapi kegelapan apabila orang di sekelilingnya tidak menanamkan konsep takut akan kegelapan. Terkadang tanpa sadar, parents atau pengasuh menakuti si kecil dengan mengatakan, “Jangan naik ke sana, iiihhhh…. di sana gelap”. Apabila anak takut gelap, katakanlah, “O…kalau gelap, nyalakan lampu saja, pasti gelapnya langsung jadi terang”

Pengalaman Pribadi Saya :

Suatu hari anak saya yang waktu itu duduk di kelas TK A menanyakan saya ketika pulang sekolah, “Mami, hantu apa sih?” Ternyata dia baru pertama kali mendengar tentang kosakata itu dari teman sekelasnya. Saya kemudian menjelaskan, “Hantu itu takut sama Tuhan, jadi kalau ada Tuhan di hati kita, hantu tidak akan berani sama kita. Banyak orang berpura-pura menjadi hantu untuk mentakut-takuti orang lain. Makanya kadang-kadang di tempat rekreasi ada rumah hantu. Di film-film juga ada banyak orang yang pakai kostum supaya seram kayak hantu, padahal itu hanya boongan. Jadi kamu ga usah takut.”

Sewaktu dia berumur 8 tahun, dia bisa menenangkan adiknya yang tidak sengaja melihat iklan film kartun yang menampilkan sosok orang tertutup kain putih semua, “itu dalamnya orang, ga usah takut”

Melatih, dan memberi anak sebuah tantangan

Membangun rasa percaya diri anak

Membangun rasa percaya diri si kecil bisa dilakukan sejak anak mulai mendapat aktivitas di sekolah. Rasa percaya diri tidak muncul dengan sendirinya, oleh karena itu rasa confidence ini harus dibangun oleh lingkungan tempat dia berada, baik di rumah, maupun di sekolah. Salah satu cara yang mudah untuk dilakukan oleh orang tua adalah dengan mendukung kreativitasnya, seperti turut mengikut sertakan anak pada performance sekolah misalnya. Berikan pujian kepada anak bila dia mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik, namun berikan pujian dengan tidak berlebihan agar anak merasa nyaman. Selain itu, bila orang tua terlalu sering memuji atau memberikan pujian berlebih, anak akan jadi sulit membedakan akan hal yang bersifat umum dan memang layak untuk dipuji.

IMG_20150909_172028_20150909172117508

Menghadapi kematian keluarga dekat

Si kecil pasti merasa sangat kehilangan dan mempunyai banyak pertanyaan seputar kepergian keluarga dekat mereka seperti opa/oma yang begitu mengasihi mereka. Banyak anak menjadi takut berkelebihan sehingga tidak berani ke kamar mandi seorang diri walaupun di siang hari. Parents dapat menghindari hal demikian terjadi dengan penjelasan yang sederhana yang dapat dimengerti si kecil, dan menanamkan kenangan manis saja mengenai opa/omanya dalam memori si kecil.

Pengalaman pribadi saya:

Papa saya meninggal ketika cucu-cucunya baru berusia 2.5 dan 6 tahun. Saya ingin mereka mempunyai kenangan yang indah saja mengenai opa mereka, sehingga saya tidak membawa mereka ke rumah duka, sebelum peti jenazah ditutup. Saya ingin mencegah mereka melihat keadaan opa mereka yang terbujur kaku dengan bentuk/warna wajahnya yang sudah berubah sehingga cenderung menakutkan. Harapan saya adalah supaya anak-anak saya hanya merekam dalam memorinya wajah opa mereka selagi hidup, yang selalu tersenyum bermain dengannya, sehingga mereka tidak akan merasa takut apabila dia teringat opanya ataupun ketika melihat foto opanya terpajang di dinding. Saya menjelaskan bahwa opa sudah diajak Tuhan ke surga untuk tinggal bersama Tuhan, kita akan bertemu lagi di kemudian hari di surga. Peti jenazah yang mereka lihat hanyalah treasure box yang berisi kenangan-kenangan tentang opa. Treasure box disimpan dalam tanah, dan perlu kita jenguk sekali-kali untuk mengenang opa dan sekaligus memastikan treasure boxnya aman dan dipelihara dengan baik. Alhasil, sepeninggal opanya pun anak-anak saya tidak menjadi anak yang penakut kemana-mana dan selalu gembira apabila saya ajak berkunjung ke kuburan opanya. (SA)

0

Tips Mendidik Anak Menjadi Kreatif

Si kecil memiliki daya kreativitas yang tinggi tentunya menjadi impian para parents. Ketika melihat si kecil bertanya-tanya dan bertingkah laku dengan kreativitas tentu akan menimbulkan kebahagian sendiri bagi parents. Berikut ini tips mendidik anak untuk menjadi kreatif dalam kesehariannya :

Memberikan ruang gerak pada anak

Sifat alami anak adalah tidak suka dibatasi dan selalu ingin mencoba hal-hal baru. Saat si kecil dikekang dengan peraturan ini-itu, ia akan menjadi sosok yang takut melakukan sesuatu karena larangan-larangan yang selalu parents sampaikan kepadanya. Oleh sebab itu, biarlah si kecil bergerak sesuai keinginannya dalam pengawasan parents agar kreativitasnya tidak membahayakan atau bersifat merusak.

Memberikan pengarahan yang logis

Si kecil yang kreatif identik dengan karakter aktif; karakter aktif memiliki kecenderungan intelegensi yang tinggi. Sehingga mendidik anak menjadi kreatif dapat dilakukan dengan mengarahkan si kecil dengan hal yang logis dan positif.

Menenangkan diri sebelum menasehati anak

Seringkali parents menasehati si kecil dengan melibatkan emosi. Jika demikian, si kecil bukannya jera malah akan semakin membangkang atau menjadi sosok pendiam dengan kreativitas rendah. Tenangkanlah diri dulu sebelum menasihati agar si kecil lebih nyaman sehingga apa yang mau parents sampaikan bisa diterima dengan lebih mudah.

Sabar dan tekun dalam mendidik anak

Si kecil terkadang berulang kali melakukan kesalahan yang sama. Hendaklah parents tidak bosan dalam membenarkan dan meluruskan kesalahan si kecil. Hal ini akan membuka wawasan dan kreativitas si kecil tentang bagaimana ia harus berperilaku.

Mengisi liburan dengan kreatif

Sesekali ajaklah si kecil berlibur ke tempat yang unik, seperti tempat outbond, sentra kerajinan tangan, tempat wisata alam, dll. Carilah referensi tempat-tempat baru agar si kecil terus mendapatkan masukan yang baru.

Mengajarkan permainan yang kreatif

Salah satu cara mendidik anak menjadi kreatif adalah melalui permainan.  Ajarlah permainan yang mengasah kreativitas si kecil. Di era modern ini, ada banyak referensi yang bisa parents dapatkan dari buku, majalah maupun internet.

Sumber : perempuan.com